Batam | Suasana belajar di SDN 016 Seilekop, Sagulung, Batam, mendadak berubah mencekam pada Jumat (29/9) siang. Belasan murid kelas 3 dan 4 tiba-tiba tumbang usai menyantap menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang disajikan hari itu.
Sebanyak 18 siswa merasakan gejala mual, pusing, hingga lemas hanya beberapa menit setelah makan. Kepanikan pun pecah di lingkungan sekolah. Guru-guru bergegas menolong, sementara sebagian orang tua yang mendengar kabar langsung berlari ke sekolah.
“Alhamdulillah, semua anak sudah mendapatkan penanganan dan kondisinya mulai membaik,” ujar Emi Afriani, guru SDN 016 yang mewakili Kepala Sekolah Ridwan. Dari jumlah itu, 17 siswa dirujuk ke Rumah Sakit Elisabeth Seilekop, sedangkan satu siswa lainnya ditangani di Puskesmas terdekat.
Dari informasi yang dihimpun, menu MBG yang disantap hari itu adalah spaghetti, minuman yakult, dan buah salak. Anehnya, hanya murid kelas siang yang terdampak, sementara murid kelas pagi sama sekali tidak merasakan keluhan.
Petugas kesehatan bersama aparat kepolisian segera turun ke sekolah untuk menangani darurat sekaligus melakukan penyelidikan awal. Fokus utama adalah menelusuri dapur MBG yang memasok makanan ke SDN 016, yakni Dapur 12 Pelenggut. Dari dapur tersebut, makanan didistribusikan ke sepuluh sekolah dengan total ratusan penerima.
Namun, hanya SDN 016 yang melaporkan adanya keracunan dengan jumlah 18 siswa. “Mereka langsung merasa pusing dan mual begitu selesai makan. Untung cepat ditangani,” tambah Emi.
Imbas kasus ini, operasional dapur MBG di Dapur 12 Pelenggut resmi dihentikan sementara sejak Senin (29/9) hingga batas waktu yang belum ditentukan. Program MBG di sejumlah sekolah penerima juga ikut dihentikan untuk keperluan evaluasi dan renovasi dapur.
“Sudah ada pengumuman resmi dari pihak SPPG di grup sekolah, program MBG untuk sementara dihentikan sampai evaluasi selesai,” ujar salah seorang guru.
Koordinator SPPG Batam, Defri Frenaldi, saat dikonfirmasi belum memberikan keterangan resmi. Meski begitu, baik pihak sekolah maupun orang tua murid menuntut agar evaluasi dilakukan menyeluruh. Mereka berharap program MBG tetap berjalan, namun dengan standar keamanan dan pengawasan yang jauh lebih ketat.
Kasus ini semakin menambah catatan hitam pelaksanaan MBG di Batam. Aparat kepolisian kini menyelidiki penyebab pasti keracunan, sementara publik menyoroti dapur penyedia makanan yang dianggap sebagai titik rawan. Harapannya, tragedi serupa tak lagi mengancam keselamatan anak-anak di sekolah.