Belakang Padang | Bulan Sya’ban sudah semakin menepi, yang akan segera berganti menjadi Ramadhan, sebuah bulan yang dinanti-nantikan dan senantiasa dirindui kedatangan setiap tahun oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia, termasuk kaum muslimin di Tanah Air.
Ramadhan adalah bulan yang senantiasa ditunggu, khususnya bagi orang-orang yang mengaku dirinya beriman.
Kenapa dirindui dan bergembira menyambut kedatangannya? Karena keutamaan dan keistimewaan yang terdapat di dalam Bulan Ramadhan, yang tidak dijumpai pada bulan-bulan selainnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan rahmat, berkah, kasih sayang dan ampunan sepanjang malam, terkhusus 10 hari terakhir dengan penantian malam Lailatul Qadar.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda: Apabila datang bulan Ramadhan, dibukakan pintu surga (Hadith Shahih Bukhari). “Apabila tiba bulan Ramadhan , dibukakan pintu langit, dikunci pintu neraka dan setan dibelenggu” (Hadith Shahih Bukhari).
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda: Barang siapa beribadah di Bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan ganjaran (pahala) niscaya diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu (Hadith Shahih Bukhari dan Muslim).
Termasuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam bulan Ramadhan adalah shalat taraweh, membaca Al-Qur’an, zikir, bersedekah, i’tikaf, melakukan hal-hal yang ma’ruf (baik) dan mengikuti apa yang biasa dilakukan Nabi ketika berpuasa.
Bagi orang yang berpuasa terdapat dua kegembiraan yang menggembirakannya, yaitu ketika ia berbuka puasa dan ketika ia menemui Rabbnya (Tuhannya) (Hadith Shahih Bukhari).
Secara lahiriah, suasana Ramadhan sudah mulai terasa di gerai-gerai, toko, mal dan supermarket dengan jualan kurma, sebagai makanan khas yang disunahkan sebagai pembuka puasa dan ketika sahur di Bulan Ramadhan.
Begitu juga buku-buku tentang puasa dan agama secara umum semakin banyak dipajang di toko-toko buku. Baju dan pakaian untuk kaum muslim dan muslimah sudah mulai banyak menghiasi koleksi toko-toko pakaian dan butik, begitu juga kain sarung, peci, sajadah, minyak wangi dan asesoris serta pernak-pernik lainnya yang biasa menyertai Bulan Ramadhan.
Memperbanyak Puasa Sunat di Bulan Sya’ban
Secara batiniah, aroma Ramadhan seharusnya sudah tercium ketika Bulan Sya’ban tiba dengan anjuran memperbanyak ibadah puasa sunat.
Sebagaimana Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada Bulan Ramadhan, dan tidak berpuasa yang lebih banyak daripada puasanya di Bulan Sya’ban. Kata Aisyah, Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyempurnakan puasa sebulan penuh melainkan pada Bulan Ramadhan, dan (juga) aku tidak melihat Beliau lebih banyak berpuasa (sunat) dalam satu bulan melainkan pada Bulan Sya’ban (Hadith Shahih Bukhari dan Muslim).
Dari Usamah bin Zaid Radhiallahu anhu, katanya “Ya Rasulullah, kelihatannya tidak satu bulan pun yang lebih banyak Engkau puasa kan dari Bulan Sya’ban!” Nabi berkata; “Bulan ini sering dilupakan orang, karena letaknya antara Rajab dan Ramadhan, sedang pada bulan itulah diangkatkan amalan-amalan kepada Rabbul ‘alamin. Maka aku ingin amalanku dibawa naik selagi aku dalam berpuasa”. (Hadith Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i dan dinyatakan sah oleh Ibnu Khuzaimah) (lihat Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq, Bab Puasa Sunat).
Di antara hikmah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memperbanyak puasa di Bulan Sya’ban adalah sebagai latihan sebelum memasuki puasa sebulan penuh di Bulan Ramadhan.
Dengan dibekali latihan yang lebih banyak, tentu diharapkan ketika memasuki Ramadhan sudah mulai terlatih dan terbiasa, sehingga tidak terasa terkejut dan memberatkan.
Kebiasaan memperbanyak puasa sunat di bulan Sya’ban kini sudah mulai terlupakan dan terabaikan di kalangan kaum muslimin. Padahal Nabi saja, yang sudah dijaga fisik dan rohaninya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melaksanakannya.
Tentu semestinya, para pengikutnya yang nota bene lebih lemah keimanannya dan tidak dijaga secara khusus layaknya seorang Nabi, seharusnya lebih bersungguh-sungguh untuk melatih diri dan menempa ketahanan fisik dan mentalnya menjelang kedatangan Bulan Ramadhan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Yang Mulia.
Sejatinya, jika kebiasaan ini dipraktikkan tidak akan muncul istilah kelelahan dan keterkejutan ketika memasuki hari pertama puasa di Bulan Ramadhan. Dan juga tidak perlu diliburkan sekolah atau kantor sehari sebelum puasa pertama dan atau hari pertama puasa misalnya.
Bagaimana memperbanyak puasa sunat di Bulan Sya’ban? Tidak ada penjelasan khusus yang didapatkan dari Al-Qur’an atau Hadith.
Secara umum, memperbanyak puasa sunat di bulan Sya’ban dapat dilakukan dengan (i) Puasa Senin-Kamis, (ii) Puasa Nabi Daud ‘Alaihi Sallam, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka, (iii) Puasa tiga hari setiap bulan, yaitu hari ke 13,14 dan 15, yang dikenal dengan istilah ayyamul bidh.
Jika ini dilakukan sepenuhnya maka puasa sunat di Bulan Sya’ban akan melebihi separoh bulan. Untuk tahun 2025 sebagai contoh, 13,14 dan 15 Sya’ban bertepatan dengan tanggal 12,13 dan 14 Februari 2025 (hari Rabu, Kamis dan Jum’at), dan jika dimasukkan puasa sunat Hari Senin dan Puasa Nabi Daud ‘Alaihi Sallam maka pada satu minggu tersebut akan terkumpul sebanyak lima hari puasa sunat.
Dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban adalah salah satu cara untuk persiapan dan membiasakan diri untuk berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan.
Sehingga ketika Ramadhan tiba tidak terkejut dan shock menghadapinya, karena sudah ada latihan dan persiapan sebelumnya. Dan untuk tahun ini masih tersisa beberapa hari lagi kesempatan untuk melaksanakan puasa sunnah.
Dan jika disimak dari uraian di atas, ada dua hal utama yang perlu dipersiapkan di dalam menyambut bulan Ramadhan, yaitu persiapan batiniah dan lahiriah.
Kedua-duanya penting, namun yang paling penting adalah persiapan batiniah yang nantinya akan berdampak besar di dalam mengisi berbagai kegiatan di bulan Ramadhan.
Selamat menyambut bulan Ramadan 1446 H / 2025 M. Mohon Maaf Lahir & Bathin.