Gas Elpiji 3 Kg Langka, Kadisperindag Kota Batam Gustian Riau Beri Klarifikasi

Batam | Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam, Gustian Riau, angkat bicara terkait kelangkaan gas elpiji 3 kg (Gas Melon) yang dilaporkan oleh banyak warga Batam dalam beberapa hari terakhir.

Gustian menegaskan bahwa kelangkaan yang terjadi bukan disebabkan oleh kekurangan stok, melainkan adanya keterlambatan pendistribusian akibat cuaca buruk yang mengganggu armada laut dari Pertamina Tanjung Uban.

“Gas Elpiji 3 Kg tidak langka, stok kita masih cukup hingga Desember 2024. Namun, distribusinya mengalami keterlambatan karena cuaca buruk dan angin kencang yang memengaruhi pengiriman dari Pertamina Tanjung Uban,” jelas Gustian, Rabu (11/9/2024)

Selain faktor cuaca, Gustian juga mengungkapkan bahwa kekosongan di beberapa pangkalan gas disebabkan oleh sanksi yang diberikan Pertamina kepada sejumlah pangkalan. Beberapa pangkalan tersebut belum menyerahkan laporan penjualan secara rutin (pengisian notebook), sehingga Pertamina menunda pengiriman gas ke pangkalan-pangkalan tersebut.

“Beberapa pangkalan di Batam kosong karena dikenakan sanksi oleh Pertamina. Mereka belum memberikan laporan penjualan ke Pertamina, sehingga pengiriman ke pangkalan tersebut tertunda. Namun, hal ini tetap dalam pengawasan kami, baik dari Disperindag maupun Pertamina,” tambah Gustian.

Mengenai kondisi ini, Gustian memastikan bahwa pendistribusian gas elpiji 3 kg akan kembali normal dalam tiga hari ke depan, tergantung pada kondisi cuaca. Ia juga meminta masyarakat untuk tidak khawatir, karena stok gas elpiji 3 kg di Batam masih mencukupi.

“Pendistribusian akan normal dalam waktu tiga hari ke depan, setelah cuaca membaik. Kami pastikan masyarakat tidak perlu khawatir, karena stok gas 3 kg masih cukup,” pungkasnya.

Sebelumnya, warga Batam mengeluhkan kesulitan dalam mendapatkan gas elpiji 3 kg di berbagai pangkalan resmi.

Kelangkaan gas elpiji 3 kg ini memberikan dampak signifikan pada kehidupan sehari-hari warga Batam. Banyak keluarga terpaksa mengubah kebiasaan memasak mereka, dan sebagian besar memilih untuk makan di luar rumah sebagai solusi sementara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *