Kasubdit I Indag Ditreskrimsus Polda Kepri, AKBP Ruslaeni.
Batam | Pengungkapan adanya peredaran beras oplosan di wilayah Jawa hingga Pekanbaru membuat masyarakat Kepri khususnya Batam turut was-was. Apalagi ada informasi yang menyebutkan jika beras yang dioplos berasal dari Batam.
Diana, warga Batamcenter khawatir atas banyaknya pemberitaan terkait beredarnya beras oplosan disejumlah wilayah Indonesia. Dimana beras oplosan disinyalir dapat menyebabkan penyakit serius bagi yang mengkonsumsi.
“Di Batam seperti apa. Karena warga juga butuh kepastian informasi. Jangan sampai tenang-tenang saja, ternyata banyak yang dioplos,” tegasnya.
Kasubdit I Indag Ditreskrimsus Polda Kepri, AKBP Ruslaeni menjelaskan Kota Batam bukanlah daerah penghasil, sehingga pasokan beras berasal dari luar. Untuk memastikan kualitas beras, timnya pun telah mengambil beberapa sampel beras di Pasaran Batam. Untuk memastikan kualitas yang dijual bebas dari oplosan serta sesuai dengan spesifikasi, premium atau medium.
“Hasil resmi uji laboratorium memang belum keluar. Tapi secara kasat mata saja, kami melihat jelas perbedaan antara beras SPHP milik Bulog dengan jenis beras premium yang beredar di pasaran. Tidak ada indikasi pencampuran,” tegasnya, dikutip Jum’at (01/8).
Ia juga menepis tudingan yang menyebut Batam sebagai daerah pemasok beras oplosan ke wilayah Kepri. Menurutnya, informasi itu tidak berdasar dan tidak ditemukan bukti di lapangan.
“Beras-beras yang disebut di media sosial itu juga tidak berasal dari Batam. Kami bisa lihat dari kemasan dan distribusinya,” ungkapnya.
Sampel beras yang diambil berasal dari merek-merek populer seperti Anak Ajaib (PT Rintis Sejahtera Makmur), Pohon Cemara (PT Karya Usaha Pangan), Minang Raya dan Jawa Raya Premium (PT Usaha Kiat Permata), serta beras SPHP dari Perum Bulog. Sampel tersebut telah dikirim ke PT Mutu Agung Lestari Tbk untuk diuji secara menyeluruh.
“Biasanya hasil uji keluar maksimal dua minggu. Tapi kalau bisa lebih cepat, tentu akan kami sampaikan ke publik, agar masyarakat bisa tenang,” tambahnya.
Sebelumnya, Satgas Pangan Polda Kepri telah melakukan pengecekan ke pasar tradisional, swalayan, dan distributor beras di Batam. Tak hanya di Batam, pengecekan juga dilakukan di tujuh kabupaten/kota lainnya di wilayah hukum Polda Kepri.
“Langkah ini untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat bahwa beras yang dikonsumsi di Kepri aman, sehat, dan tidak dimanipulasi,” tegas Ruslaeni.
Selain sampel baru, Ditreskrimsus Polda Kepri juga sebelumnya telah menguji sejumlah merek lain seperti Harumas, Dunia Kijang Super, Wan Lixiang, Royal Banana, dan Uni Minang. Pemeriksaan dilakukan secara berkala sebagai bagian dari pengawasan berkelanjutan terhadap pasokan pangan.