Biaya Perbaikan Jalan Pelantar II Tanjung Pinang Setara dengan Bangun Jembatan

Tanjung Pinang | Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri) menyebutkan biaya perbaikan Jalan Pelantar II Kota Tanjungpinang setara dengan membangun jembatan yang mampu menahan beban kendaraan Muatan Sumbu Terberat (MST) 12 hingga 15 ton.

“Pekerjaan konstruksi jalan yang mengalami amblas sejak awal 2025 ini, bukan sekadar proyek tambal sulam,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan (PUPRP) Provinsi Kepri Rodi Yantari, Sabtu (6/9).

Rodi menjelaskan pembangunan jalan sepanjang 24,2 meter dengan lebar 6 meter itu menggunakan metode pondasi bore pile dengan full casing, bukan menggunakan tiang pancang atau spun pile.

Pondasi bore pile merupakan pondasi dalam yang berbentuk layaknya tabung panjang dan ditancapkan ke dalam tanah yang bertujuan agar bangunan dapat berdiri dengan kokoh setelah pembangunan selesai.

Pondasi bore pile ini difungsikan untuk mengalirkan beban berat konstruksi ke dalam lapisan tanah yang lebih keras.

Jika pembangunan menggunakan pondasi tiang pancang, getaran bisa merusak rumah warga di sekitar karena posisinya berdempetan dengan permukiman.

“Jadi harus menggunakan metode pondasi bore pile full casing. Ini standar jembatan, sehingga biayanya relatif mahal dibandingkan menggunakan pondasi tiang pancang spun pile,” ungkap Rodi.

Ia menyebutkan biaya perbaikan jalan amblas tersebut mencapai sekitar Rp27 juta per meter persegi, angka yang hampir mendekati dengan membangun jalan beton di atas air atau pembangunan jembatan.

Nilai proyek secara keseluruhan sebesar Rp3,9 miliar atau lebih rendah Rp600 juta dari pagu anggaran sebesar Rp4,5 miliar yang disiapkan dari APBD 2025, melalui sumber dana Belanja Tidak Terduga (BTT).

“Konstruksinya memang sudah setara jalan provinsi, sama seperti akses ke pelabuhan atau jalan penghubung daerah. Jadi bukan sekadar jalan lingkungan biasa,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Rodi, desain proyek rekonstruksi Jalan Pelantar II ini mengikuti konsep integrasi dengan Pelantar I dan II Tanjungpinang yang sebelumnya sudah dikerjakan.

Bedanya, menurut dia, proyek integrasi menggunakan tiang pancang spun pile berdiameter 60 centimeter, sedangkan di Jalan Pelantar II harus memakai tiang bore pile, karena mempertimbangkan faktor lingkungan.

Lanjut Rodi, proyek rekonstruksi ini harus segera tuntas, karena Pelantar II adalah akses vital menuju Pelabuhan Kuala Riau, tempat keluar masuk truk bongkar muat logistik.

Penutupan jalur sejak amblas membuat arus barang terpaksa dialihkan ke Pelantar I yang menimbulkan kepadatan, kemacetan dan berpotensi mengganggu distribusi kebutuhan pokok masyarakat.

“Kalau tidak segera diperbaiki, arus logistik bisa terus tersendat. Padahal kawasan ini merupakan salah satu pusat perekonomian yang menopang kebutuhan pokok masyarakat di ibu kota Kepri,” ujarnya.

Ia menambahkan rekonstruksi Jalan Pelantar II dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama fokus pada titik amblas sepanjang 24,3 meter dan ditargetkan rampung akhir 2025.

Sedangkan tahap kedua menyusul pada 2026 untuk perbaikan sisa ruas sepanjang lebih kurang 190 meter.

“Alhamdulillah warga sangat mendukung proyek ini. Pengerjaannya akan segera dimulai,” demikian Rodi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *